Shaken Baby Syndrome (SBS), yang dapat di-Indonesiakan sebagai
Sindrom Bayi Yang Digoncang adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
kasus penyiksaan terhadap bayi.
Pada kasus SBS, biasanya si bayi digoncang-goncangkan dengan kuat
oleh orang dewasa yang sedang marah dan biasanya dimaksudkan untuk
menghentikan tangisan atau rengekan bayi.
Shaken Baby Syndrome biasa menimpa anak berusia di bawah 1 tahun dan
dapat mengakibatkan cedera otak parah yang permanen, cedera urat saraf
tulang belakang, pendarahan pada mata, bahkan kematian.
Seberapa Umumkah Shaken Baby Syndrome?
Untuk Indonesia, kami tidak memiliki data yang ajurat. Namun sebagai
gambaran, di Amerika terdapat sekitar 1000 hingga 1500 kasus setiap
tahunnya. Sebagian besar korban SBS adalah bayi berusia 3 – 8 bulan. Ada
juga kasus yang lebih sedikit ditemukan pada balita hingga yang nerusia
4 tahun.
Dan… 25% anak yang mengalami Shaken Baby Syndrome di Amerika mengalami kematian.
Apa yang Menyebabkan Shaken Baby Syndrome?
Bayi memiliki otot leher yang sangat lemah. Namun ia memiliki kepala
yang berat dan besar jika dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka. Otak
bayi sangatlah rentan dan memerlukan ruang untuk tumbuh. Karena itulah
terdapat rongga atau celah antara tengkorak kepala dan otaknya yang
dapat mendukung pertumbuhan tersebut.
Jika Anda mengoncangkan bayi Anda dengan kuat, ini dapat menyebabkan
otak si kecil berpindah tempat dalam rongganya. Selanjutnya jaringan
otak si bayi akan membengkak dan pembuluh darahnya bisa robek.
Biasanya, bayi yang mengalami Shaken Baby Syndrome akan mengalami
pendarahan otak, pendarahan pada mata serta cedera pada urat saraf
tulang belakang atau leher. Sebagian bayi juga memperlihatkan memar dan
tulang rusuk yang retak.